Hadits Ghadir Khum

Diriwayatkan dari Al-Bara' bin 'Aazib (RA), bahwasanya beliau berkata: Suatu hari kami bersama RasuluLlah (SAW) sedang dalam perjalanan, lalu kami singgah di Ghadir Khum, kemudian beliau memanggil kami unyuk sholat berjamaah, lalu kami membersihkan tempat diantara 2 pohon untuk RasuluLlah, dan sholat Dhuhur. Setelah Sholat RasuluLlah memegang tangan Ali bin Abi Thalib (RA) sambil bersabda: "Tidakkah kalian tahu bahwa aku ini lebih utama dari orang-orang mu'min dari diri mereka sendiri?"  para sahabat menjawab, "Benar! (Ya RasuluLlah)", kemudian beliau melanjutkan sabdanya, "Tidakkah kalian tahu bahwa aku lebih utama dari tiap-tiap orang mu'min dibandingkan diri mereka sendiri?", mereka menjawab, "Benar!" Kemudian RasuluLlah memegang tangan Ali bin Abi Thalib (RA) sembari bersabda. "Orang-orang yang mengakui aku sebagai walinya, maka (kuangkat) Ali sebagai wali. Ya Allah! dukunglah orang-2 yg mendukung Ali dan musuhilah org-2 yg memusuhinya." Al-Bara' bin 'Azib melanjutkan ucapannya, Kemudian Umar menemui Ali dan mengucapkan, "Selamat wahari ibnu Abi Thalib, engkau telah menjadi wali setiap mu'min dan mu'minah!"

TAKHRIJ HADITS
  1. Dikeluarkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal (RHM) dalam Musnad-nya juz I hal 118 dan juz IV hal 281.
  2. Dikeluarkan pula oleh Beliau (Imam Ahmad) dalam Fadha'ilush Shahabah (Tahqiq Ibnu Muhammad Abbas) juz II hal 563-596, Muhaqqiq Ibnu Muhammad Abbas menshahihkan hadits ini.
  3. Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah (RHM) dalam Sunan-nya juz I hal 43
  4. Dikeluarkan oleh Imam Al-Hakim (RHM)  dalam Mustadrak 'ala ash-Shahihayn juz III/110
  5. Dikeluarkan oleh Imam At-Turmudzi (RHM) dalam Sunannya juz V/297
  6. Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Abi 'Ashim (RHM) dalam As-Sunnah II/604-607
  7. Dikeluarkan oleh Imam Abu Bakar ibn Abi Syaibah dalam Musnadnya
  8. Dikeluarkan oleh Imam An-Nasaa'i dalam Khash-ish Ali bin Abi Thalib hal 72
TA'LIQ ULAMA'
-    Al-Allamah Al-Hafidz Adz-Dzahabi (RHM) berkomentar dalm kitabnya Tadzkiratul Huffazh juz III hal. 829, "Imam Ath-Thobari menulis thuruq hadits Ghadir Khum dalam 4 juz shg membuat saya terkagum-kagum akan keluasan ilmu riwayahnya, sehingga saya yakin bahwa kisah ini benar terjadi."
-    Al-Allamah Al-Imam Al-Muhaddits Al-Ashr, Syaikhuna Muhammad Nashiruddin Al-Albani (RHM) telah mengumpulkan thuruqul hadits ini dan mentash-hihnya dalam kitab beliau, Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah juz IV hal. 330, hadits nomor 1750.

NOTE : Bagi yang ingin mengetahui tentang syarh hadits ini dan bantahan thd dakwaan syiah mengenai hadits ini, bisa dirujuk dalam kitab : Minhajus Sunnah Syaikhul Islam, Minhaj I'tidal Adz-Dzahabi, Al-'Awashim minal Qawashim Ibnul Araby.

TANBIH (PERINGATAN)
Orang-2 Syiah (terutama Rafidhah yang sesat dan menyesatkan) berpandangan, bahwa hadist Ghadir Khum ini menyebutkan ta'yin RasuluLlah (SAW) kepada Ali bin Abi Thalib (RA) sebagai khalifah pasca beliau (SAW) dan sebagai penanggung jawab wahyu, mereka juga berpendapat Ali dibaiat pada saat peristiwa Ghadir Khum ini untuk memimpin orang-orang mu'min. Mereka juga berpendapat bahwa pada saat Ghadir Khum ini, Ali di ta'yin sebagai khalifah, turun firman Allah SubhanaHu waTa'ala, (yang terjemahannya) "Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu..." (Al-Maa'idah : 3), dan mengindikasikan bahwa agama telah sempurna pasca ta'yin Ali pada saat peristiwa Ghadir Khum ini, mereka menyandarkan mengenai turunnya firman Allah Ta'ala ini (Al-Maidah : 3) dengan hadits, "Allahu Akbar! atas kesempurnaan agama dan Rabb telah ridha dg risalahku dan wilayah (kekuasaan) Ali setelahku." (Hadits ini Dha'if jiddan dan munkar, ditakhrij oleh Ibnu Mardawaih dan Ibnu Asakir dengan sanad yang dhoif, serta lafadh dhohir hadits ini bertentangan dengan lafadh hadits yang shohih muttafaqun 'alaihi yg menyatakan ayat ini (Al-Maidah : 3) turun saat haji wada' RasuluLlah (SAW).

KESIMPULAN
Hadits ini dg berbagai thuruq dishahihkan oleh sebagian ulama' Ahlus Sunnah wal Jama'ah, namun bukan berarti hadits ini membenarkan dakwaan syiah yang sesat dan menyesatkan tentang baiat terhadap Ali (RA), Ta'yin akan wilayahnya dan cercaan terhadap Abu Bakar dan Umar (RadhiaLlahu 'anhuma) -Nas'aluLlaha salamah wal 'aafiyah- yang mereka tuduh merampas hak wilayah Ali (RA).

1 komentar:

  1. Salam 'alaykum. Hingga umur 29 tahun, saya tidak percaya Nabi Muhammad SAW menetapkan Ali bin Abi Thalib sbg pemimpin umat Islam sesudah beliau SAW, juga saya tidak percaya bhw Umar & Abu Bakar mengambil alih kepemimpinan umat yg sebenarnya Ali bin Abi Thalib lebih berhak atasnya.
    Dengan mengkaji hadis Ghadir Khum, hadis Al-Tsaqalayn, hadis "'Aliy waliyyu kulli mu'min ba'di" dll, saya sekarang mengimani bhw Nabi Muhammad SAW memang telah berpesan ttg kepemimpinan Ali bin Abi Thalib atas umat Islam. Keutamaan Ali bin Abi Thalib utk kepemimpinan umat sangat terang benderang dari sabda2 Nabi Muhammad SAW.
    Perihal tindakan Sahabat yg terkadang tidak menyukai keputusan Nabi Muhammad SAW., silakan pelajari riwayat bagaimana sebagian Sahabat berperilaku tidak suka thd keputusan Nabi SAW. (beberapa hari sebelum wafatnya) mengangkat Usamah bin Zaid (19 tahun) sbg pemimpin pasukan yg di dalamnya ada Sahabat2 yg lebih senior seperti Abu Bakr, Umar & Sa'd bin 'Ubadah.
    Yang lebih fatal adalah perilaku Umar bin Khaththab yg menjadi pencetus ditolaknya permintaan Nabi SAW (juga beberapa hari sebelum wafatnya) agar diambilkan alat tulis utk ditulis pesan beliau SAW apa yg umat tidak akan sesat sesudahnya. Perilaku Umar tsb didukung oleh sebagian Sahabat yg bahkan berani menyebut Nabi SAW sedang/telah mengigau (hajara-yahjuru): sebuah kalimat yg luar biasa lancang. Silakan Anda lihat bukti2 hal tsb dlm Shahih Bukhari, Muslim & Musnad Ahmad. Apa beda perilaku tsb dibanding perilaku sebagian Bani Israil yg cari2 alasan utk tdk melaksanakan perintah Nabi Musa a.s.agar menyembelih seekor sapi? Mengambilkan alat tulis jauh lebih mudah dibanding menyembelih sapi. Menyebut Rasulullah SAW sebagai mengigau adalah akhlak tercela yg fatal. Pikirkan!

    Pendapat bhw kata "mawla" dlm hadis Al-Ghadir hanya bermakna "penolong/yg dicintai/sahabat", bagi saya, menimbulkan penurunan makna sabda Nabi SAW. Nabi SAW menyebut dirinya lebih dulu sbg "mawla": apakah Nabi SAW hanya penolong/yg dicintai, dan bukan pemimpin bagi umat Islam? Tentu Nabi SAW juga merupakan pemimpin (mawla) atas umat Islam. Dengan kata "mawla" yg sama, Nabi SAW menyematkan predikat tsb kpd Ali bin Abi Thalib. Bagi saya, makna "penolong/yg dicintai" dan juga makna "pemimpin" tercakup dlm kata "mawla" dlm sabda Nabi SAW di Ghadir Khum.
    Apalagi jika kita amati konteks ucapan Nabi SAW sebelum kalimat dgn kata "mawla": Tidakkah aku "awla" (lebih berhak/lebih utama) thd kaum Mukminin dibanding diri mereka sendiri? Itu semakin menguatkan bhw Ali bin Abi Thalib memiliki hak/keutamaan thd umat Islam lebih dari diri2 umat Islam itu sendiri. Ucapan selamat dari Umar kpd Ali (Anda tulis dlm bagian akhir hadis Al-Ghadir) makin mengokohkan kata "mawla" bermakna kepemimpinan bagi Ali bin Abi Thalib.
    Predikat "mawla" dlm hadis Ghadir (yg ada pada diri Nabi SAW) HANYA disematkan Nabi SAW kpd Ali, tidak kpd sahabatnya yg lain. Sekiranya "mawla" di sana bermakna "penolong/yg dicintai/sahabat", bukankah itu juga bisa dimiliki oleh Sahabat2 lain yg juga lurus dalam Agama? Ucapan selamat Umar kpd Ali juga menunjukkan bhw predikat yg disematkan Nabi SAW pada hadis Al-Ghadir hanya didapatkan oleh Ali bin Thalib, tidak didapatkan oleh Sahabat2 yg lain.
    Ingat pesan Nabi SAW perihal tsaqalayn (2 tsaqal) yg ditinggalkan Nabi SAW di tengah umatnya, yg keduanya tidak akan berpisah, yang Nabi SAW menjamin tidak akan sesat selama umat berpegang teguh pd keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur'an) & 'Itrah Nabi, Ahlul-Bait Nabi SAW.
    Selamat merenung dgn tenang. Semoga Allah SWT mendamaikan umat Islam. Salam 'alaykum.

    BalasHapus